PARASITOLOGI
Menurut perannya dalam ilmu kedokteran, arthropoda dibagi dalam 5 golongan :
1. Yang menularkan penyakit (vektor dan hospes perantara)
2. Yang menyebabkan penyakit (parasit)
3. Yang menimbulkan kelainan karena toksin yang dikeluarkan
4. Yang menyebabkan alergi pada orang yang rentan
5. Yang menimbulkan entomofobia
Arthropoda sebagai Vektor Penyakit
Vektor adalah arthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Menurut WHO (1993) vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya.
Chandra (2006) menyebutkan bahwa vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia.
Arthropoda merupakan vektor penting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik.
Macam-macam Vektor
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis.
Vektor disebut vektor biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut.
Vektor disebut sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam tubuh vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005).
Contohnya lalat sebagai vektor mekanis dalam penularan penyakit diare, trakoma, keracunan makanan, dan tifoid, sedangkan nyamuk Anopheles sebagai vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006).
Klasifikasi Vektor
Arthropoda (arthro+pous) adalah filum dari kerajaan binatang yang termasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachnida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting secara medis, sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit.
Klasifikasi arthropoda sebagai vektor penyakit secara rinci sebagai berikut :
Kelas Insecta
Mosquito (Nyamuk)
Anophelesne
Culicines
Aedes Nyamuk Anopheles
Flies (Lalat)
Houseflies (lalat rumah, Musca domestica)
Lalat Rumah (Musca domestica)
Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus)
Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina)
Blackflies (lalat hitam, genus Simulium)
Human Lice (Tuma)
Head and body lice (tuma kepala atau Pediculus humanus var capitis dan tuma badan atau Pediculus humanus var corporis)
Kutu Kepala (Pediculus humanus)
Crab lice (tuma kemaluan atau Phthirus pubis)
Fleas (Pinjal)
Rat fleas (pinjal tikus)
Beberapa pinjal tikus yang penting untuk bidang media adalah sebagai berikut:
Rat fleas (oriental)
Xenopsylla chepis
Xenopsylla astila
Xenopsylla braziliensis
Rat fleas (temperate zone) yaitu Nospsylla fasciatus
Human fleas yaitu Pulex irritans
Dog and cat fleas yaitu Ctenocephalus felis
Reduviid bugs (kissing bugs, Penggigit Muka)
Kelas Arachnida
Tick (Sengkenit)
Hard Ticks (sengkenit keras, famili Ixodidae)
Soft Ticks (sengkenit keras, famili Argasidae).
Sengkenit
Mites (Chiggers, famili Trombidiidae)
Leptotrombidium dan Trombiculid mites (tungau musim panen, tungau merah)
Itch mites (tungau kudis, scabies, famili Sascoptidae)
Kelas Crustacae yaitu Cyclops
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektor-borne diseases.
Ada 3 jenis cara transmisi arthropod-bome diseases, yaitu :
Kontak Langsung
Transmisi Mekanik
Transmisi Biologik
1. Kontak langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contohnya adalah scabies dan pediculus.
2. Transmisi Secara Mekanik
Secara karakteristik arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulkus superfisial, atau eksudat. Kontaminasi bisa hanya pada permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dicerna dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui ekskreta.
Misalnya telur cacing dan kista protozoa dapat dipindahkan dari tinja ke makanan melalui kaki atau badan lalat rumah.
3. Transmisi Secara Biologi
Penularan secara biologik dilakukan setelah parasit/agen yang diisap serangga vektor mengalami proses biologik dalam tubuh vektor.
• Propagative
Bila di dalam tubuh vektor, parasit hanya membelah diri menjadi banyak, penularan ini disebut penularan propagatif, misalnya Yersinia pestis dalam pinjal tikus (Xenopsylla cheopis).
• Cyclo-propagatif
Bila di dalam tubuh vektor, parasit (Plasmodium, Leishmania, Trypanosoma) berubah bentuk dan membelah diri menjadi banyak, disebut penularan siklo-propagatif, misalnya Plasmodium falcifarum dalam nyamuk Anopheles.
• Cyclo-developmental
Bila di dalam tubuh vektor, parasit (Wuchereria, Brugia, Onchocerca) hanya berubah bentuk menjadi bentuk infektif, disebut penularan sikliko-developmental, misalnya Wuchereria bancrofti dalam badan nyamuk Culex.
Beberapa istilah dalam proses transmisi atrhropod-borne disease sebagai berikut :
• Inokulasi (inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrana mucosa disebut sebagai inokulasi.
• Infestasi (infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, contohnya scabies.
• Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sedangkan waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik. Contohnya parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10-14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan. Masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12-30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria.
• Definitive Host dan Intermediate Host
Apabila terjadi siklus seksual dalam tubuh vektor atau manusia maka vektor atau manusia tersebut disebut sebagai host definitif, sedangkan apabila terjadi siklus aseksual maka disebut sebagai host intermediet.
Contohnya parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk dan siklus aseksual dalam tubuh manusia, maka nyamuk Anopheles adalah host definitif dan manusia adalah host intermediet.
Arthropoda sebagai Parasit
Berdasarkan lamanya hidup pada hospes, dibedakan :
• Parasit permanen, yang seluruh atau sebagian besar hidupnya ada pada satu hospes, misalnya tungau kudis dan tuma pada manusia, pinjal dan sengkenit keras pada binatang.
• Parasit periodik, berpindah-pindah dari satu hospes ke hospes lain dalam daur hidupnya, misalnya nyamuk dan sengkenit lunak.
Serangga dapat bertindak sebagai parasit dan dapat dibagi berdasarkan habitatnya.
• Endoparasit, hidup atau mengembara di dalam jaringan tubuh, misalnya larva lalat penyebab miasis, dan pinjal (Tunga penetrans) penyebab tungiasis.
• Ektoparasit, hidup pada permukaan tubuh hospes, misalnya tungau, tuma, pinjal, nyamuk.
Beberapa prinsip dalam pengendalian arthropoda secara khusus antara lain
• Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contohnya membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda.
• Pengendalian kimia
Pada pendekatan ini dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida, seperti golongan organoklorin, golongan organofosfat dan golonagn karbamat, tetapi penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.
• Pengendalian biologi
Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.
• Pengendalian genetik
Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya steril technique, cytoplasmic incompatibility, dan choromosomal translocation
Rabu, 15 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar